slider_top

[6] [recent] [slider-top-big] [Technology]
You are here: Home / Bersama IECC, Mereka Pun Bisa Bermimpi

Bersama IECC, Mereka Pun Bisa Bermimpi

| No comment
Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu. Kutipan dari Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi ini seolah tercipta dalam nuansa pembelajaran yang digagas oleh ITS Mengajar, Jumat (25/5). Kelas Layanan Khusus (KLK) Sekolah Dasar Negeri Kedung Cowek 01 diajak untuk berani bermimpi setinggi mungkin melalui deklarasi mimpi-mimpi para siswa. Dengan cara yang unik tentunya.
Surabaya, ITS Online - Terik sore hari itu tidak menyulutkan semangat tim pengajar dari ITS untuk bertandang ke salah satu sekolah bimbingan rutinnya ini. Kali ini, mereka berbondong-bondong dengan membawa beberapa sound system kecil ke lokasi tujuan.

Tim pengajar memang tak mau main-main melaksanakan misinya. Para siswa diajak untuk menyatakan mimpi mereka, seolah pada seluruh dunia. ''Mengungkapkan mimpi-mimpinya akan membuat mereka optimis kalau mimpinya akan tercapai,'' tutur Muhammad Faris Afif Sukin, Direktur BSO IECC.

Awalnya, mereka diajak bermain bersama untuk mencairkan dan menghangatkan suasana kelas. Tepukan tangan harus dilakukan bersama saat sebuah kata tertentu disebutkan. Siswa yang salah menepuk tangannya, harus maju ke depan dan menyatakan mimpinya.


Malu-malu, satu per satu mereka maju ke depan kelas. Namun bagi mereka ternyata tak mudah untuk mengungkapkan mimpi masing-masing. Sebagian besar hanya diam di tempat dan menunduk ke bawah, tidak berani menatap teman-temannya. Sementara seluruh penghuni kelas terdiam menunggu kesaksian temannya.

Anindito Kusumojati, salah satu pengajar, paham bahwa murid-murid tersebut memang tidak terbiasa berbicara di depan orang banyak. Apalagi untuk mengungkapkan mimpi-mimpi mereka. Dalam satu kesempatan, ia turut membantu Ririn, seorang gadis kecil. Lelaki yang biasa dipanggil Dito ini turut maju ke depan dan membimbingnya berbicara.
Ririn mengikuti bimbingan Dito, kata per kata. ''Saya ingin menjadi dokter,'' tutur murid kelas dua SD ini terbata. Tepuk tangan riuh teman-teman sekelasnya menyambutnya.

Leli Fauziati, salah satu guru SD tersebut bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai fenomena tersebut. Program KLK merupakan bagian dari pemerintah untuk membantu anak-anak yang secara finansial kurang beruntung. Para siswanya banyak yang merupakan anak-anak yang sempat putus sekolah.

Tidak sedikit dari mereka mempunyai keluarga broken home maupun berpendapatan rendah. Bahkan ada yang sudah bekerja serabutan, akan tetapi ditarik untuk sekolah lagi oleh para guru SD. ''Usia mereka pun macam-macam, bahkan ada yang sudah 17 tahun tapi masih SD,'' jelasnya.

Beberapa di antara mereka juga termasuk anak yang berkebutuhan khusus. Misalnya, tidak dapat mendengar dengan baik. Daya serap mata pelajaran yang rendah juga sering mengakibatkan mereka mudah pusing jika terlalu lama berpikir.

Ia mengaku, kehadiran mahasiswa ITS di sekolah khusus tersebut sangat membantu. Antusiasme mereka belajar bersama para mahasiswa sangat tinggi. Setiap hari Jumat di kelas, mereka selalu bertanya apakah para mahasiswa akan datang atau tidak hari itu. ''Kalau saya bilang datang, mereka pasti semangat sekolah,'' imbuhnya sambil tersenyum. (fin/lis)

Sumber: www.its.ac.id