slider_top

[6] [recent] [slider-top-big] [Technology]
You are here: Home / Pendidikan Demi Mencapai 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Pendidikan Demi Mencapai 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia

| No comment

"Jayalah Negeriku, bangkitlah Bangsaku, angkatlah Panjimu, satukan mimpimu"

Sepenggal lirik lagu ciptaan Liliana Tanoesoedibjo yang dipopulerkan oleh Fatin Shidqia, Ayu Ting Ting, Citra Scholastika, dan kawan-kawan yang berjudul Indonesia Jaya tersebut merefleksikan harapan dari kemerdekaan kita dimana Indonesia tetap Jaya dengan memanfaatkan kekayaan-kekayaan alam serta kearifan lokal dari setiap daerahnya. Indonesia dapat bangkit dari segala permasalahan dan ujian dalam perjalanannya sebagai bangsa yang merdeka. Indonesia tetap menjunjung tinggi Pancasila sebagai panjinya dalam berjuang. Juga Indonesia dapat menyatukan harapan dan mimpi-mimpi dari setiap daerah-daerah yang terdapat di Negara Kepualuan ini. Setelah sekian lama di jajah oleh bangsa asing, pada hari yang sama 70 tahun yang lalu, Indonesia akhirnya bisa memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jumat di bulan Suci Ramadhan. Kala itu derai air mata melengkapi haru saat Bangsa kita dapat mengibarkan bendera merah putih. Banyak darah yang di tumpahkan dalam memperoleh kemerdekaan Indonesia. Berbagai pengorbanan pun sudah dilakukan agar bangsa kita bisa mendapatkan Hak yang sama dengan bangsa-bangsa lainnya. Susah payah, jatuh bangun, dan berbagai pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan kita terdahulu membuktikan bahwa salah satu identitas bangsa kita adalah persatuan dan semangat perjuangan. 

Namun permasalahannya kali ini adalah apakah kemerdekaan sudah dirasakan oleh setiap daerah yang ada di Indonesia? Kemerdekaan merupakan sebuah amanah yang harus dilakukan bersama-sama. Saat berdiskusi dengan Goris Mustaqim yang merupakan founder dari yayasan Asgar Muda, Kang Goris berpendapat bahwa sebagai Negara Kepualuan, hal yang paling utama dari sebuah pembangunan bangsa adalah kemandirian setiap daerah dalam mengelola potensi daerahnya (kekayaan alamnya). Jika dikaitkan dengan pembincangan dengan Andry Rizki Putra yang merupakan founder dari Yayasan Pemimpin Anak Bangsa, Sumber Daya Alam kelak akan habis, namun Sumber Daya Manusia tidak akan pernah habis dan dapat terus di perbaharui. Itulah salah satu hal yang dapat saya simpulkan dari alasan Kak Kiki mendirikan YPAB. Sehingga untuk mencapai sebuah kemerdekaan yang utuh haruslah didasarkan pada kemandirian daerah masing-masing dan mengedepankan pengembangan Sumber Daya Manusianya melalui pintu yang bernama “PENDIDIKAN”.

Melalui kemandirian daerah, potensi yang berbeda dari tiap-tiap daerah dapat di maksimalkan sesuai dengan kearifan lokalnya, namun tetap mengusung semangat nasionalisme dimana persatuan dan kesatuan Indonesia sesuai dengan sila ketiga dari Pancasila. Telah dijelaskan pada kitab suci Al-Quran Q.S. Ar-ra’d ayat 11 yang berbunyi, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka pada diri mereka.” Melalui ayat diatas pun dapat kita ketahui bahwa suatu hal yang kita dapatkan merupakan hasil atau dampak dari apa yang sudah kita perbuat. Semua hal sedkit banyak tergantung dari pribadi kita masing-masing. Mengutip dari Pidato Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, yang diunggah pada situs resmi Kemendikbud, Anies Baswedan mengatakan bahwa gagasan utama dalam perjuangan kemerdekaan Republik ini dibentuk dan didorong oleh kaum terdidik. Namun mari bersama-sama merefleksikan diri sejenak apakah kita sebagai orang beruntung yang dapat merasakan pendidikan sampai jenjang mahasiswa sudah berjuang sekeras tenaga untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin demi melanjutkan perjuangan kemerdekaan seperti yang sudah dilakukan oleh para leluhur kita terdahulu. 

Hak dalam berpendidikan sudah kita dapatkan melalui perjuangan yang panjang, jadi sudah sepantasnya kita bersyukur dan memanfaatkan hak tersebut. Pendidikan bukan persekolahan, karena arti dari pendidikan itu sendiri sangatlah luas dan seharusnya di lakukan dalam Tripusat Pendidikan (Baca Artikel Paradigma Pendidikan di Indonesia). Bangsa Indonesia membutuhkan semangat perjuangan dari tiap-tiap daerah yang ada, seperti setiap daerah yang membutuhkan setiap pemuda-pemudanya yang memiliki intelektual muda yang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Setiap daerah memiliki kearifan lokal masing-masing, seperti setiap individu pasti memiliki potensi sesuai bakat-bakatnya. Sehingga sudah sepantasnya kita mendidik diri dengan mengembangkan potensi dan bakat masing-masing agar tidak menghianati perjuangan para leluhur kita. Menurut saya ada dua cara belajar yang paling efektif dalam mendidik diri kita sendiri yaitu dengan banyak membaca dan berdiskusi dengan para pakar. Melalui membaca kita mendapatkan banyak wawasan dan melalui berdiskusi dengan para pakar kita mendapatkan inspirasi dari setiap kisah mereka. Namun nasihat dari kedua orang tua saya adalah sebaik-baiknya buku bacaan adalah kitab suci Al-Quran dan sebaik baiknya diskusi adalah berdiskusi dengan Sang Pencipta. Mari bersama-sama mendidik diri kita masing-masing dalam semangat perjuangan agar apapun nanti profesi, pekerjaan, dan segala hal yang kita lakukan dapat bermanfaat bagi Negeri ini. Seperti Evan Dimas dkk yang menjadi Juara AFF U-19, M Ahsan dan Hendra Setiawan sebagai juara ganda putra Badminton Word Championship, B.J. Habibie yang membuktikan kepada Dunia melalui Pesawat N250, dan lain-lain. Di kemerdekaan Indonesia yang ke-100 dimana umur kita telah menjadi “orang” mari  kita buktikan bahwa gelar Kemerdekaan ini benar-benar dapat dirasakan oleh semua rakyat Indonesia!!! Amiiin.

Kemerdekaan bukan tujuan, kemerdekaan adalah awal
Kemerdekaan merupakan amanah yang harus dijaga dengan semangat kebersamaan
Selamat hari Kemerdekaan Indonesia ke-70
Isw, 17 Agustus 2015
Muhammad Ishar, Director of IECC, BEM ITS
ITS Mengajar