slider_top

[6] [recent] [slider-top-big] [Technology]
You are here: Home / Pentingnya Bermain Bagi Anak-Anak

Pentingnya Bermain Bagi Anak-Anak

| No comment

Mengapa harus bermain?
Bermain bagi anak itu mutlak untuk mengembangkan  daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi dalam suasana riang gembira.  Kalau ada anak yang berdiam diri, termenung, tidak senang, tidak bergerak perlu ditelusuri, diteliti bahkan dicurigai, sebab kemungkinan ia sakit (baik fisik atau psikis), misalnya kecewa, tersinggung sehingga ia mogok bermain.


Menurut Slamet Suyanto bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak.Peranan bermain dalam perkembangan anak antara lain: Bermain mengembangkan kemampuan motorik, bermain mengembangkan kemampuan kognitif, bermain mengembangkan kemampuan afektif, bermain mengembangkan kemampuan bahasa, bermain mengembangkan kemampuan sosial.

Tuntutan Yang Tidak Relevan

Selama ini wali murid lebih sering henya  mengkhawatirkan kemajuan perkembangan kognitif anaknya. Bisa dipastikan jarang dan malah mungkin tidak pernah ada pertanyaan begini: “Bu, sudah hampir setahun anakku sekolah di sini koq belum bisa melempar bola dari jarak sekian ke arah yang tepat, atau anakku koq belum bisa membedakan mana ciptaan Tuhan dan manusia, atau anakku koq belum bisa mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa yang santun?” Sungguh ini sebuah pertanyaan yang sangat dirindukan oleh tutor atau pengasuh di PAUD (TK/RA, TPA, KB,SPS).

Kehidupan anak mengalami proses tumbuh kembang yang berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Perkembangan berproses dengan melalui faktor bawaan, kematangan, kondisi lingkungan dan proses belajar yang berlangsung. Walaupun urutan perkembangan setiap anak sama, tetapi iramanya berbeda. Oleh karena itu, bisa terjadi anak dengan umur yang sama tetapi tingkat kematangannya berbeda.

Tuntutan orang tua seperti di atas mungkin disebabkan karena ada beberapa SD yang menerapkan tes masuk yang berupa tes membaca dan menulis. Begitu naïf…Anak TK/RA dan sejenisnya itu belum bisa (menurut permendiknas) pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Tetapi yang benar adalah mengenalkan huruf-huruf dan angka supaya ketika masuk ke jenjang SD/MI anak tidak mengalami kesulitan belajar. Sayangnya banyak guru SD yang suka mematahkan karakter anak dengan kalimat mematikan: “ Sudah lulus TK/RA koq belum bisa membaca buku?” Kalau ini berlangsung terus menerus, membudaya maka jangan harap seluruh anak bisa menjadi manusia seutuhnya. Mereka akan tumbuh dan besar menjadi “robot,” manusia tanpa jiwa, bergerak bukan atas dasar hati nurani yang sewaktu-waktu siap menghancurkan peradaban manusia. Wuih…ngeri. 

Dikutip dari www.kompasiana.com (icha_nors)